Senin, 15 Juni 2020

BERKEBUN JERUK PURUT DAN PELUANG BISNISNYA

BERKEBUN JERUK PURUT DAN PELUANG BISNISNYA

BERKEBUN JERUK PURUT DAN PELUANG BISNISNYA BERKEBUN JERUK PURUT DAN PELUANG BISNISNYA

Jeruk purut (Citrus hystrix DC, kaffir lime, kieffer lime, makrut, magrood), adalah komoditas rempah, dan penghasil minyak asiri yang cukup penting. Bagian tanaman yang dimanfaatkan adalah daun, dan kulit buahnya. Sebagai komoditas rempah, keberadaan daun dan buah jeruk purut cukup penting, namun dalam volume yang sangat kecil.

Ciri khas daun jeruk purut adalah terdiri dari dua bagian, dengan lekukan di tengahnya. Hingga sepintas, daun jeruk purut tampak seperti terdiri dari dua daun. Di atas daun pertama, tumbuh daun kedua yang berada di bagian atasnya. Warna daun jeruk purut hijau tua, dengan aroma harum dan tajam. Ciri khas buah jeruk purut, adalah kulitnya yang kasar, berlekuk-lekuk tak beraturan, dengan warna hijau tua. Meskipun kulit buah bisa menjadi kuning setelah masak, dalam praktek buah jeruk purut selalu dipanen ketika kulitnya masih hijau, tetapi buahnya sudah cukup tua. Bahkan di dataran rendah, buah jeruk, tidak pernah bisa menjadi kuning.

Di Thailand, jeruk purut merupakan komoditas penting, dan sudah dibudidayakan secara massal dalam skala komersial. Meskipun daun dan kulit buah jeruk purut bisa digunakan sebagai bumbu dalam keadaan kering, para juru masak di Thailand, cenderung menyukai daun dan kulit buah yang masih segar. Karenanya, komoditas daun jeruk purut diperlukan dalam keadaan segar, setiap hari, namun dalam volume yang terbatas. Dalam kemasan dan ruang penyimpanan yang baik, daun jeruk purut bisa bertahan selama sekitar satu minggu. Sementara buah dalam keadaan utuh, bisa bertahan untuk jangka waktu sekitar dua minggu.

BERKEBUN JERUK PURUT DAN PELUANG BISNISNYA


Jeruk purut termasuk tanaman yang sangat lamban pertumbuhannya. Terlebih pada umur-umur awal. Namun setelah tanaman berumur lebih dari lima tahun, petani tinggal menikmati hasil, tanpa mengluarkan banyak uang untuk biaya perawatan. Tanaman jeruk purut berupa perdu, setinggi 3 – 5 meter, dengan tajuk yang tidak beraturan. Daun tumbuh berhadap-hadapan di sepanjang ranting, namun tidak pada posisi sejajar. Seperti pada jenis jeruk lainnya, bunga tumbuh pada ujung ranting membentuk malai, namun dengan umur yang berlainan. Hingga mekarnya bunga tidak terjadi serentak. Akibatnya, tingkat kemasakan buah dalam satu ranting juga akan bervariasi.

Daging buah jeruk purut berwarna hijau keputihan, dengan air buah bening seperti halnya jeruk nipis. Di dalam daging buah itu terdapat cukup banyak biji. Biji ini bisa tumbuh ketika disemai, namun perkembangan semaian lebih lanjut, akan sangat lamban kemudian mati. Maka budi daya jeruk purut idealnya dengan menggunakan benih sambungan, dengan batang bawah Rough Lemon (Citrus jambhiri). Sentra produksi benih jeruk, termasuk jeruk purut, terdapat di Kab. Purworejo, Jawa Tengah. Harga benih jeruk purut di tingkat penangkar, berkisar antara Rp 5.000 sd. Rp 10.000. Sebenarnya jeruk purut juga bisa dicangkok, namun pertumbuhan benih asal cangkokan juga tidak secepat benih sambungan.

Pada awal penanaman, jeruk purut memerlukan naungan sampai tingkat kerapatan 50%. Di lahan terbuka dengan dengan intensitas sinar metahari mencapai 100%, pertumbuhan jeruk purut justru agak lamban. Produksi daun memang relatif tinggi, namun pertumbuhan cabang dan ranting agak lamban. Dengan adanya naungan, produksi daun sedikit terhambat, namun pertumbuhan cabang dan ranting lebih pesat. Sebab tanaman akan cenderung mengejar sinar matahari, hingga cabang serta rantingnya akan memanjang. Baru setelah tanaman setinggi sekitar 2 meter, naungan dikurangi, hingga kerapatan mencapai 20 sd. 30%. Naungan ini cukup penting, sebab di lahan terbuka 100%, daun jeruk purut justru akan menyempit, dan berwarna agak kekuningan.

Panen daun jeruk purut bisa dilakukan setiap hari. Di Indonesia, jeruk purut masih merupakan tanaman pekarangan, dengan populasi hanya satu dua pohon per individu. Pedagang akan membeli daun jeruk purut itu dengan sistem tebasan, kemudian memanen daun tua sampai habis. Akibatnya, produksi daun selanjutnya justru akan terhambat. Di Thailand, panen daun jeruk nipis dilakukan dengan pemetikan manual satu persatu, dipilih yang bentuknya sempurna, dengan ukuran seragam. Daun jeruk akan langsung dikemas dalam stereofoam, ditutup plastik, dan disimpan dalam cold storage selama pengangkutan untuk tujuan ekspor. Kecuali panen daun jeruk purut untuk konsumsi lokal, biasanya tanpa pengemasan seperti untuk ekspor.


Daun dan kulit buah jeruk purut, terutama dimanfaatkan sebagai bumbu masakan. Masakan seafood, dan ikan air tawar, mutlak memerlukan daun jeruk purut, untuk menetralkan bau amisnya. Memasak bumbu urap di Indonesia, juga menggunakan bumbu daun atau kulit buah jeruk purut, untuk menetralkan bau terasi di dalam bumbu tersebut. Daun jeruk purut biasanya digunakan sebagai bumbu bersamaan dengan batang sereh dapur. Di Indonesia, penggunaan daun jeruk purut sebagai bumbu, masih belum seintensif di Thailand, dan juga Malaysia. Hingga di warung dan tulang sayuran, keberadaan daun jeruk purut masih belum kontinu. Kalau pun ada, kualitas daun jeruk purut itu masih belum sebaik di Thailand danMalaysia.

Selain untuk bahan bumbu, daun dan kulit buah jeruk purut juga bisa didestilasi (disuling) untuk diambil minyak asirinya. Kafir Lime Oil merupakan minyak asiri dengan nilai cukup bagus. Di Thailand, daun dan buah jeruk purut yangberukuran kecil dan berpenampilan kurang menarik, tidak dipasarkan dalam bentuk segar untuk bumbu, melainkan disuling untuk diambil minyaknya. Destilasi daun dan kulit buah jeruk purut harus dipisahkan, sebab kualitas dan harga minyaknya di pasar internasional dibedakan. Pengambilan minyak daun dan kulit buah jeruk purut dilakukan dengan cara pengukusan biasa. Buah yang akan didestilasi kulitnya, daging buahnya dibuang. Biasanya air buah itu terlebih dahulu diambil, untuk keperluan bumbu masakan juga.

Budidaya jeruk purut relatif tidak memerlukan perawatan, seperti halnya pada budidaya jeruk buah (keprokm siam, manis). Tanaman muda cukup dipupuk dengan 1 kg pupuk kandang dan 0,1 kg urea, dengan interval empat bulan sekali. Pada tanaman di atas umur lima tahun, dosis pupuknya dinaikkan dua atau tiga kali lipat, tergantung tingkat kesuburan tanaman. Jeruk purut menghendaki pengairan yang cukup, agar bisa tetap dipanen daunnya pada musim kemarau. Sebab harga daun jeruk purut, akan tinggi pada musim kemarau. Sebab pada musim kemarau, produksi daun akan menurun. Namun dengan pengairan cukup, produksi daun, dan juga buah, justru akan meningkat pada musim kemarau. (R) # # #