Rabu, 01 Januari 2020

Puisi dengan Majas

Majas atau gaya bahasa dalam puisi adalah gaya penulisan kalimat dengan pilihan kata yang tidak masuk akal tetapi memiliki makna. Penggunaan majas dan gaya bahasa ini bertujuan untuk memperindah puisi. Gaya bahasa atau majas yang sering digunakan dalam puisi adalah personifikasi, metafora, hiperbola, dan sinekdok, baik yang totem pro parte maupun yang pars prototo.

Contoh Puisi dengan Majas Personifikasi
Untuk mengetahui contoh dan penjelasan mengenai citraan dalam puisi, bisa dilihat dalam artikel sebelumnya yang berjudul Puisi dengan Citraan.

Berikut ini merupakan contoh puisi yang berjudul Senyum Mentari Tangis Pepohonan
dengan tema Alam yang mengandung majas atau gaya bahasa:

Senyum Mentari Tangis Pepohonan
            Karyamun

Mentari tersenyum sumringah
Bersama gemericik air yang menari
Berkejaran dengan kupu dan capung

Nun jauh, gunung terlihat
Punggungnya mulai memerah
Tak sehijau dulu kala

Merusak segala ada
Setelah cucuraan deras keringat penambang pasir
Digantikan mesin keruk, pasir mengalir
Jadika manusia congkak semakin tajir

Sementara, tak lagi kulihat indah ekor kutilang
Semua alam mengering
Bersama hati yang semakin kerontang
           
(sumber: )


Bait pertama puisi di atas mengandung majas personifikasi. Majas personifikasi (pengorangan) adalah majas yang menganggap benda atau makhluk seolah-olah bertingkah seperti manusia. Dalam bait pertama puisi di atas masing-masing baris merupakan majas personifikasi.

Dalam baris pertama, mentari tersenyum merupakan upaya pengorangan (personifikasi) dari mentari yang bertingkah seolah-olah manusia yaitu tersenyum. Alih-alih untuk menunjukkan bahwa matahari atau mentari sedang bersinar.

Dalam baris kedua bait pertama puisi di atas mengandung personifikasi karena air disebut menari, gemericik air yang menari. Menari adalah kegiatan yang bisa dilakukan oleh manusia. Air yang gemericik disebut menari berarti ini merupakan personifikasi. Yang dimaksud dengan air yang menari adalah air yang mengalir.

Bait kedua puisi di atas mengandung majas metafora. Metafora adalah penggunaan gaya bahasa yang seolah-olah suatu benda atau makhluk bertindak sebagai benda atau makhluk lain. Dalam bait kedua puisi tersebut ada baris yang berbunyi punggungnya mulai memerah. Kata ganti -nya merujuk kepada gunung. Berarti punggung gunung. Padahal yang dimaksud adalah puncak gunung. Penggunaan kata punggung dalam puisi di atas menunjukkan adanya penyamaan gunung dengan makhluk lain (hewan atau manusia) yang memiliki punggung.



Bait ketiga mengandung majas hiperbola. Majas hiperbola adalah gaya bahasa yang menggunakan kata dan kalimat yang berlebih-lebihkan. Seolah-olah sangat berlebihan dari kenyataan yang terjadi. Majas hiperbola dalam bait ketiga puisi di atas terdapat dalam baris yang berbunyi: setelah cucuran deras keringat penambang pasir.

Kata cucuran memiliki makna jatuh mengalir atau mancur. Keringat mungkin menglir menempel di kulit, tetapi tidak ada keringat yang sampai mancur. Ditambah lagi dengan kata deras. Dengan menggunakan gaya bahasa hiperbola, puisi tersebut berusaha untuk menunjukkan betapa beratnya keadaan yang sedang digambarkan.

Bait kelima dalam puisi di atas mengandung majas sinekdoke pars prototo dan sinekdoke totem pro parte. Majas pars prototo merupakan gaya bahasa yang menyebutkan sebagian untuk mewakili keseluruhan. Majas ini terdapat dalam baris puisi yang berbunyi:  Sementara, tak lagi kulihat indah ekor kutilang. Dalam baris puisi ini, digunakan kata ekor kutilang. Yang dimaksud adalah burung kutilang. Bukan hanya ekornya saja, melainkan tidak lagi melihat burung kutilang karena alamnya rusak.

Majas totem pro parte merupakan gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan tetapi yang dimaksud adalah sebagian saja. Majas totem pro parte dalam puisi di atas terdapat dalam baris puisi yang berbunyi: Semua alam mengering. Penggunaan kata semua alam pada dasarnya tidak semuanya. Yang dimaksud dalam puisi tersebut adalah alam yang sedang dilihat oleh penulis puisi. Sementara itu yang digunakan adalah kata semua alam. Padahal hanya sebagian alam saja, yang mengering bukan keseluruhannya.

Untuk mengetahui cara menjelaskan majas dengan mudah dan bisa dipahami bisa ditonton video dari tautan berikut ini: Tonton Video Majas Hiperbola

Majas atau gaya bahasa dalam puisi adalah gaya penulisan kalimat dengan pilihan kata yang  Puisi dengan Majas


Penggunaan majas atau gaya bahasa dalam sebuah puisi bertujuan untuk memperindah puisi. Jika gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa ‘normal’ maka puisi tersebut tampak sebatas ucapan biasa yang tidak indah. Selain itu juga bertujuan untuk memperkuat makna, misalnya dalam penggunaan majas hiperbola yang dijelaskan di atas. Puisi tersebut menggunakan majas hiperbola untuk menunjukkan tetap berat pekerjaan yang harus dilakukan sehingga harus menguras tenaga dan keringat yang seolah-olah mengucur deras.

Selamat membaca. Silahkan dipelajari dan diunduh alias di-download juga materi-meteri puisi lainnya. Juga lihat Contoh Puisi yang lainnya atau langsung unduh