Jumat, 10 Januari 2020

Pewarisan Budaya pada Masyarakat Tradisional dan Modern

Pewarisan budaya adalah suatu proses, perbuatan atau cara mewarisi budaya di dalam masyarakat. Proses tersebut dinamakan juga socialitation. Dalam proses tersebut seorang individu mengalami pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan kelompoknya. Budaya diwariskan dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya. Hanya saja dalam proses pewarisan budaya menghendaki adanya penyempurnaan sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Malinowski menyebutnya Cultural Determinism artinya segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan oleh budaya yang dimiliki masyarakat.

M.J. Herskovits memandang budaya sebagai sesuatu yang super organic karena budaya bersifat turun-temurun meskipun masyarakat senantiasa silih berganti yang disebabkan oleh adanya kematian dan kelahiran. Theodore M. Newcomb mengatakan kepribadian menunjuk pada sikap-sikap seseorang untuk berbuat, mengetahui, berpikir, dan merasakan secara khusus apabila dia berhubungan dengan orang lain atau menanggapi sesuatu keadaan. Kepribadian banyak dipengaruhi adat istiadat pengasuhan anak-anak. Anak-anak diasuh oleh orang-orang dalam lingkungannya, ibu, ayah, dan saudara. Jika anak-anak sudah dewasa, beberapa watak yang seragam akan menonjol pada individu yang sudah dewasa itu. Lanton dan Kardiner menyebutkan watak ini disebut kepribadian umum atau kepribadian dasar (basic personality structure). Berdasarkan konsep yang diajukan Lanton dan Kardiner, kemudian muncul konsep kepribadian Timur dan kepribadian Barat.

Prof. Dr. Koentjaraningrat menyatakan bahwa kepribadian adalah watak khas seseorang yang tampak dari luar, sehingga orang luar memberikan kepadanya sesuatu identitas khusus. Jadi, kepribadian dipengaruhi oleh faktor kedaerahan, cara hidup di kota atau di desa, agama, profesi, dan kelas sosial.

Untuk lebih jelasnya perhatikan bagan hubungan antara kebudayaan dan kepribadian berikut ini.
Keterangan bagan:
Kepribadian mengacu pada ciri-ciri khas dan sifat-sifat yang mewakili sikap sekarang. Kepribadian adalah pola-pola pemikiran, peranan, konsep diri, mentalitas, dan segala kebiasaan-kebiasaan. Individu dan perilakunya disesuaikan dengan masyarakat dan kebudayaannya.

a. Kepribadian yang selaras dengan lingkungan alam dan lingkungan sosial
1) Lingkungan alam
Lingkungan alam adalah keadaan tanah, iklim, flora, dan fauna di sekitar individu. Keselarasan hubungan manusia dengan lingkungan alamnya sebagai tempat hidup yang memberi hidup manusia. Dalam hubungan ini dibutuhkan sikap tertentu yang tidak hanya menganggap lingkungan alam sebagai objek sumber kehidupan melainkan sebagai teman dalam menghadapi kehidupan. Makna lingkungan alam bagi manusia ada tujuh, yaitu berikut.
  • Manusia mempunyai ikatan dengan alam yang sifatnya religius.
  • Motivasi etis dapat mendasari kecintaan terhadap alam, yang dasarnya adalah rasa keindahan.
  • Alam menghidupi manusia karena flora dan fauna memberikan bahan untuk sandang, pangan, dan papan.
  • Alam merupakan serikat bagi manusia dalam mempertahankan diri terhadap bencana seperti badai, gempa bumi, banjir, dan pencemaran.
  • Alam mempunyai arti yang penting bagi ilmu pengetahuan dan pendidikan.
  • Alam menjadi sumber kesehatan, rekreasi, dan kesenian.
Jadi, pengelolaan sumber daya alam (eksplorasi dan eksploitasi) tidak bersifat merusak. Sumber-sumber alam berupa tanah, air, hutan, dan sumber alam lainnya harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan hidup manusia.

2) Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial terdiri atas individu maupun kelompok yang berada di sekitar manusia. Di dalam masyarakat akan dijumpai lapisan-lapisan sosial yang menghasilkan kepribadian masing-masing. Individu disebut berkepribadian apabila pola perilakunya yang khas diproyeksikan pada lingkungan sosialnya.

Jadi, satuan lingkungan sosial mempunyai karakteristik yang berbeda fungsi, struktur, peranan dan proses-proses sosialisasinya. Posisi peranan dan perilaku individu diharapkan selaras dengan lingkungan seperti situasi berikut.
  • Individu dengan keluarga. Peranan individu ditentukan adat istiadat, norma-norma, dan nilainilai serta bahasa yang ada pada keluarga itu melalui proses sosialisasi dan internalisasi.
  • Individu dengan lembaga. Tumbuhnya individu ke dalam lembaga sosial berlangsung melalui proses sosialisasi. Posisi dan peranan individu dalam lembaga sosial sudah di bakukan berdasarkan moral adat/hukum yang berlaku.
  • Individu dengan komunitas-komunitas diartikan sebagai satuan kebersamaan hidup sejumlah orang yang mempunyai ciri-ciri; Teoritis yang terbatas, keorganisasian tata hidup bersama, berlakunya nilai-nilai kolektif. Posisi dan peranan individu di dalam komunitas tidak lagi bersifat langsung sebab perilakunya sudah tertampung oleh keluarga dan kebudayaan yang mencakup dirinya. Dengan demikian keluarga dan lembaga dalam sebuah komunitas dipandang sebagai wahana sosialisasi atau penyebaran nilai-nilai budaya.
  • Individu dengan masyarakat. Masyarakat pada hakikatnya terdiri atas sekian komunitas yang berbeda, sekaligus mencakup berbagai macam keluarga, lembaga, dan individu.
  • Individu dengan negara. Negara merupakan wujud dari pola-pola penglihatan atau persepsi dari perasaan (cort hats) dan penilaian masyarakatnya sendiri, bukan kepribadian masyarakat asing.
b. Kepribadian yang menyimpang atau tidak selaras dengan lingkungan alam dan sosial

1) Lingkungan alam
Pemanfaatan lingkungan alam yang tidak benar akan menimbulkan bencana, misalnya banjir, erosi, kekeringan, dan lain-lain. Perkembangan pembangunan berhasil meningkatkan kesejahteraan, tetapi dapat pula menimbulkan pencemaran jika tidak memerhatikan lingkungan alam. Pencemaran itu akibat limbah, seperti limbah pabrik, limbah industri, maupun adanya polusi kendaraan bermotor. Di negara-negara maju banyak mengalami pencemaran dan kerusakan lingkungan yang cukup memprihatinkan.

Contoh:
a) peristiwa kegagalan pengeboran gas alam oleh PT Lapindo Brantas yang menyebabkan keluarnya lumpur panas dan menggenangi kawasan permukiman penduduk di Sidoarjo, Jawa Timur;
b) pencemaran udara dan hujan asam akibat industri di Eropa mengakibatkan kerugian material mencapai 2 milyar dolar, sedangkan kerugian yang sama mengakibatkan turunnya hasil panen beras dan gandum yang mencapai 30% di Jepang.

2) Lingkungan Sosial
Kepribadian menyimpang (deviant personality) telah diteliti para ahli antropologi. Dalam penelitian tersebut ditemukan beberapa gejala sebagai berikut.

a) Kepribadian yang retak
Kepribadian menurut Sigmund Freud terdiri atas tiga bagian, yaitu sebagai berikut.

  • Id, yaitu mewakili diri dari bagian yang bersifat tidak sadar, naluriah, impulsif (mudah terpengaruh oleh gerak hati) dan tidak disosialisasikan.
  • Ego yaitu mewakili bagian dari yang bersifat sadar dan rasional. Ego sering disebut juga penjaga pintu kepribadian karena ia menjaga interaksi antara id dan super-ego.
  • Super-ego, yaitu mewakili bagian dari yang telah menyerap nilai-nilai budaya dan berfungsi sebagai suara hati.

Para ahli menyatakan bahwa perilaku menyimpang timbul manakala Id yang tidak terkendali muncul bersamaan dengan super-ego yang kurang aktif.

Contoh:
Seorang yang sedang lapar membutuhkan makanan. Dalam kondisi ini, id-nya memerintahkan agar kebutuhannya segera terpenuhi dengan menggunakan cara-cara apa pun. Kalau ternyata super-egonya benar-benar lemah dan tidak mampu mengendalikan id-nya, orang tersebut mungkin langsung memasuki restoran dan merampas makanan dari meja makan. Dalam kasus ini, ego tidak memerintahkan bahaya yang mungkin terjadi. Super-ego juga berfungsi sebagaimana mestinya. Super-ego tidak memberikan isyarat bahwa perbuatan ini adalah jenis perilaku menyimpang.

b) Nilai-nilai subkebudayaan menyimpang
Sejumlah perilaku penyimpangan kelompok terjadi dalam subkebudayaan dari masyarakat. Subkebudayaan menyimpang (deviant subculture) adalah subkebudayaan yang bertentangan dengan norma-norma kebudayaan dominan. Hal itu memisahkan diri dari aturan-aturan, nilai-nilai bahasa, dan istilah-istilah yang berlaku umum.

Sebagian besar individu yang ditolak oleh masyarakat langsung mencari persahabatan dalam subkebudayaan untuk memperoleh status, kesenangan dan penerimaan.

3. Proses Pewarisan Budaya

a. Enkulturasi
Proses enkulturasi sudah dimulai dalam alam pikiran individu sejak masa kanak-kanak. Mula-mula dari keluarga, kemudian dari teman-teman bermainnya. Seringkali ia belajar meniru tingkah laku, ucapan dari individu yang berpengalaman. Misalnya adanya jam berpengaruh pada penghargaan waktu. Hal itu menjadi pola yang mantap, norma yang mengatur tindakannya “dibudayakan”.
Contoh:
Norma yang mengharuskan seseorang membawa oleh-oleh kepada kerabat/tetangga jika bepergian ke tempat lain, menerima atau memberi sesuatu dengan tangan kanan.

b. Sosialisasi
Dalam proses sosialisasi, seorang individu dari masa kanak-kanak hingga masa tua belajar pola-pola tindakan berinteraksi dengan segala macam individu dalam berbagai macam peranan sosial. Apabila kita ingin menyelami dan memahami pengertian tentang suatu kebudayaan, kita bisa belajar banyak dari jalannya proses sosialisasi yang dialami individu dalam kebudayaan yang bersangkutan.
Contoh:
Pada awal hidupnya, seorang bayi sudah harus menghadapi beberapa individu dalam lingkungan keluarga yang kecil, yaitu ibunya dan bidan yang membantu ibunya semenjak lahir sampai kira-kira seminggu. Selama berhubungan dengan orang tadi ia mengalami tingkah laku berdasarkan perhatian dan cinta. Ia juga belajar kebiasaan, makan, dan tidur pada saat tertentu. Juga ketika mulai sekolah ia juga belajar mengenal perbedaan jenis kelamin dan mengenal lingkungan sekolahnya.

4. Sarana Pewarisan Budaya

a. Keluarga
Dalam masyarakat tradisional maupun modern, keluarga adalah kelompok perantara pertama yang mengenalkan nilai-nilai subbudaya kepada si anak. Di sinilah anak mengalami hubungan sosial pertama dalam kehidupan. Ada keluarga besar dan kecil, juga ada keluarga harmonis dan kurang harmonis.
Contoh:
Seorang anak dapat dikatakan telah belajar kekejaman ketika ia melihat ibunya dipukul ayahnya. Si anak kemungkinan cenderung mewarisi perilaku seperti itu. Jika si anak mempunyai orang tua otoriter maka perilaku itu membuat anak tidak betah di rumah. Akibatnya si anak menjadi pengguna obat-obatan terlarang, tawuran, atau tindakan kejahatan lainnya. Apalagi pada masyarakat modern saat ini, media elektronik seperti televisi telah mempercepat proses pewarisan budaya. Oleh karena itu, orang tua harus selalu mengawasi perilaku anak-anaknya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan sarana pewarisan budaya bagi individu seperti: cara-cara pelamaran, pola anak menetap, atau kekerabatan.

Hal-hal yang didapat oleh seorang anak sebagai anggota keluarga sebagai berikut.

1) Keagamaan
Keluarga harus mampu menjadi wahana yang pertama dan utama dalam melaksanakan Ketuhanan Yang Maha Esa.

2) Kebudayaan
Keluarga dikembangkan menjadi wahana menumbuhkan dan melestarikan budaya nasional.

3) Perlindungan
Keluarga menjadi pelindung yang utama dalam memberikan keteladanan kepada anak-anaknya.

4) Pendidikan
Keluarga sebagai sekolah dan guru yang pertama dan utama dalam mengantarkan anak menjadi mandiri.

5) Pemeliharaan lingkungan
Keluarga harus siap memberi dan memelihara kelestarian lingkungannya yang terbaik kepada anak cucunya.

b. Masyarakat
Dalam masyarakat, pewarisan budaya terjadi melalui sosialisasi. Individu sebagai anggota masyarakat mendapat pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan perilaku masyarakat. Dalam masyarakat tradisional, norma-norma diwariskan kepada generasi berikutnya tetap terjaga. Lain halnya dalam masyarakat modern saat ini, norma-norma luhur dalam masyarakat cenderung ditinggalkan.
Contoh:
Di kalangan masyarakat Indonesia dan sebagian masyarakat di dunia, perbuatan meludah dianggap perbuatan yang tidak sopan, tetapi masyarakat Masai di Afrika menganggap perbuatan meludah sebagai tanda terima kasih kepada seseorang.

c. Sekolah
Dalam masyarakat modern, sekolah merupakan sarana pewarisan budaya yang sangat efektif. Berbagai macam ilmu pengetahuan dan teknologi serta norma-norma/aturan secara langsung diberikan kepada siswa. Budaya yang diwariskan melalui sekolah, antara lain sebagai berikut.
  1. Memperkenalkan, memelihara, mengelola, memilih, dan mengembangkan unsur-unsur budaya.
  2. Mengembangkan kekuatan penalaran (the power of reasoning).
  3. Mempertinggi budi pekerti.
  4. Memperkuat kepribadian.
  5. Menumbuhkan manusia pembangunan.
Pada sekolah-sekolah yang menyelenggarakan pendidikan TK, SD, dan SLTP, peranan guru sangat besar dalam membentuk dan mengubah perilaku anak didik. Keadaan berubah setelah anak memasuki SMU. Anak didik mulai membentuk dan mengubah perilakunya sendiri.

d. Lembaga Pemerintahan
Lembaga pemerintahan sangat dibutuhkan dalam pewarisan budaya, terutama dalam masyarakat modern saat ini. Melalui lembaga pemerintahan, peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah bisa disosialisasikan kepada masyarakat luas.

Setiap warga dapat berhubungan dengan lembaga pemerintahan, jika ada urusan sesuai dengan haknya sebagai warga. Misalnya: meminta surat keterangan bepergian, mencari Kartu Tanda Penduduk, atau mencari Kartu Keluarga.

Fungsi lembaga pemerintahan sebagai berikut.
  1. Pelambang norma melalui undang-undang yang disampaikan oleh badan legislatif.
  2. Melaksanakan undang-undang yang telah disetujui.
  3. Penyelesaian konflik yang terjadi di antara para anggota masyarakat.
  4. Melindungi warga dari serangan negara lain dan pemelihara kesiapsiagaan menghadapi bahaya.
e. Perkumpulan
Dalam masyarakat modern, banyak dijumpai perkumpulan atau asosiasi yang dibentuk secara sadar untuk tujuan-tujuan khusus. Terbentuknya perkumpulan dilandasai oleh kesamaan minat, tujuan, kepentingan, dan agama. Perkumpulan atau asosiasi dapat menjadi sarana pewarisan budaya, jika para anggota menyadari hak dan kewajiban yang berlaku dalam anggaran dasarnya. Para anggota dapat menyumbangkan peranannya terhadap negara. Misalnya dengan mengikuti perkumpulan PSSI atau PBSI, organisasi tersebut merupakan contoh perkumpulan yang bergerak dalam bidang olah raga.

f. Institusi Resmi Lain
Dalam suatu masyarakat modern yang sedang berkembang, jumlah institusi selalu bertambah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang makin kompleks. Pengertian institusi dalam bahasa Indonesia belum ada keseragaman. Prof. Dr. Koentjaraningrat mengatakan institusi sesuai dengan pranata, sedangkan Soerjono Soekanto mengartikan sebagai lembaga. Di negara kita banyak bermunculan lembaga resmi sebagai sarana pewarisan budaya bagi individu.
Contoh:
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) merupakan suatu lembaga resmi pemerintahan yang dibentuk dengan tujuan agar setiap individu dapat menyampaikan keluhan melalui wakilwakilnya yang duduk di DPR. Begitu juga wakil-wakil rakyat yang duduk di DPR tersebut berusaha memperjuangkan aspirasi rakyat kepada pemerintah melalui program kerjanya.

g. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja mempunyai pengaruh yang besar dalam pewarisan budaya. Pengaruh dari lingkungan kerja sangat besar dalam pembentukan kepribadian seseorang. Lingkungan kerja termasuk sarana pewarisan budaya dalam masyarakat modern saat ini.
Contoh:
Seorang tukang sapu sebuah rumah sakit, sudah berpulu-hpuluh  tahun bekerja di lingkungan rumah sakit. Walaupun tukang sapu hanya lulus SD, tetapi tentang kebersihan, kedisiplinan, pengabdian, dan bahkan mungkin pengetahuan tentang obat-obatan dia pahami. Mengapa? Karena setiap hari ia berada di lingkungan rumah sakit yang di dalamnya ada dokter, perawat, dan petugas kesehatan lainnya.

h. Media Massa
Media massa baik berupa cetak maupun elektronik merupakan sarana penting dalam pewarisan budaya dalam masyarakat modern. Bahkan buku, majalah, TV, dan surat kabar dapat membentuk kepribadian seseorang.

Seorang antropolog Margaret Mead berpendapat bahwa pengaruh televisi sudah melebihi sarana lain dalam pewarisan budaya. Oleh karena itu, film-film yang disajikan di televisi harus diseleksi mana yang pantas dan mana yang tidak pantas ditonton oleh anak-anak. Dalam hal ini orang tua berperan dalam memberikan penjelasan.